Cita

Dahulu, seorang anak manusia memutuskan untuk menciptakan cita-cita di hatinya. Mencoba ia mengumumkan kepada dunia bahwa ia akan menjadi apa yang diucapkannnya secara semangat kepada seluruh dunia. Anak kecil itu begitu tulus mengungkapkan alasannya menjadi seorang dalam mimpinya itu. Tak ada ambisi untuk meraih harta bendawi. Semuanya demi membantu orang lain.

Waktu mengalir bagaikan aliran sungai yang tidak dibendung. Anak kecil itu tumbuh. Ia bersekolah di sekolah umum yang ditancapkan berbagai pengetahuan. Beberapanya merupakan pengetahuan bermanfaat yang begitu indah diulik spektrum dan pendalamaannya. Sayangnya, beberapa lainnya merupakan racun pembeku otak.

Cita-cita anak itu terkadang berubah sesuai dengan faktor pemengaruhnya. Beberapa cita-cita itu tetap berada di dalam alam bawah sadarnya. Membentuk keinginan yang tidak terkendali. Cita-cita itu tak mutlak. Ia tidak dapat dikatakan absolut. Keabsolutan cita-cita dipertanyakan. Karena sang cita-cita terkadang bukan lagi sebuah cita-vita. Ia telah bergeser menjadi spektrum yang jauh lebih kompleks. Terkadang ia menjadi jenuh. Menciptakan siklus tak tentu yang enggan untuk dipenuhi.

Beberapa cita-cita itu menjadi sebuah rutinitas yang tak mampu dihindarkan sebab musababnya. Beberapa cita-cita itu membentuk siklus cinta tak berhenti. Tak terhingga spektrum itu dalam otak. Tak berbilang perpanjangan rumus semestanya. Ia kekal dalam otak
dan anak itu mencoba mewujudkan cita-cita itu agar tak sekadar tersimpan di dalam tempurung kepala.

Berbagai mahakarya dunia tercipta karena kehadiran sang cita. Ia bagaikan pahlawan yang menunjukkan arah jalan bagi yang memiliki. Umpama keluarga, ia adalah ibu pengayom bagi anak-anaknya. Cita-cita, sesuatu yang begitu sederhana. Sesederhana tingkah polos anak-anak. Sederhana ia tapi dampaknya tak sederhana. Ia dekat. Lekat. Pekat dalam hati lara pencita-cita.

Seperti para seniman pengagum masa depan, seperti para ilusioner mimpi yang membuat mimpi orang-orang bagaikan dihempas karang. Bagaikan kapal karam yang tak ingin dipendam. Mimpu itu indah. Tetapi proses perjalanannya pahit.

Hidup itu indah dengan cita-cita. Bercita-citalah setinggi langit. Gravitasi mungkin akan menjatuhkanmu. Tetapi masa modern telah memberikanmu berbagai teknologi mutakhir untuk menyeimbangkan gravitasi itu. Ia melayang. Melayang bagai layang-layang. Layangannya bercita-cita. Cita-citanya berdaya guna. 

Komentar

Postingan Populer